Wednesday, July 8, 2009

The Fall of Men, a review

Bertahun-tahun sudah lamanya Kerajaan Romawi gagal menahlukkan Albion (Inggris Raya) ke dalam kekuasaannya. Pertahanan gabungan tentara dan warga Albion terlalu sulit dikalahkan.

Angus Flaherty dulunya seorang tentara gagah dan turut mempertahankan Albion dari serbuan Romawi. Dibawah pimpinannya, banyak serbuan Kerajaan Romawi berhasil dikalahkan. Sampai dalam sebuah pertempuran di desanya yang kecil, tak bisa dielakkan lagi, istrinya terbunuh dan ia terluka parah.

Rasa sedih, marah dan kecewa adalah yang Angus rasakan sejak saat itu. Pada anak laki-laki satu-satunya, Brianna, Angus melimpahkan tanggung jawabnya untuk memimpin pasukan mempertahankan Albion dari setiap serbuan Romawi. Dengan trauma kematian ibunya serta semangat untuk mempertahankan tanah airnya, Brianna menerima tanggung jawab tersebut dan menjadi seorang pemuda gagah dan cakap berpedang. Brianna punya segala sesuatu yang ia perlukan untuk bertempur kecuali ia tidak dapat mengendalikan amarahnya pada Romawi.

Dalam sebuah pertempuran di desanya, pasukan pimpinan Brianna kembali dapat menahlukkan pasukan Romawi. Banyak dari mereka mati terbunuh atau lari tunggang langgang menyelamatkan diri, namun salah satunya tertinggal luka parah, tergeletak seperti mati di tanah Albion.

Aine Flaherty adik perempuan Brianna yang bisu sejak lahir mengetahui hal ini pertama kali. Ia mendekati dan mengamati sesosok tubuh tergeletak dengan pakaian tentara Romawi ketika Gaius Vorenus, tentara itu, mencengkeram kencang lengan tangan Aine. Brianna datang menolong, dan setelah perkelahian tak imbang antara dirinya dengan tentara terluka itu, Brianna menang dan siap menghujamkan pedangnya ke dada Gaius ketika Angus mencegahnya.

Angus ingat istrinya yang terbunuh ketika ia tak berdaya. Angus memahami Brianna masih muda dan belum bisa mengendalikan emosi. Ia mengingatkan apabila Brianna membunuh orang yang sudah tidak berdaya berarti ia tidak ubahnya dengan tentara Romawi yang dulu membunuh ibunya. Brianna menggeram keras dan dengan cepat meninggalkan tentara itu.

Dengan kebesaran hati dan perdamaian dengan masa lalu yang pahit, Angus dan Aine merawat Gaius. Angus menyiapkan makanan hasil bumi dari tanah milik keluarganya untuk dimakan Gaius, Aine membersihkan dan mengobati luka di tubuh Gaius supaya sembuh. Brianna masih tidak dapat mengatasi dendam dan amarahnya, ia tidak pernah mendekati Gaius meski mereka tinggal bersama.

Dalam suatu kesempatan Angus Flaherty harus meninggalkan desa kecilnya beberapa hari. Keadaan Gaius waktu itu sudah cukup membaik berkat perawatan Aine. Aine semakin dekat dengan Gaius, dan Gaius yang pernah bersikap kasar beberapa saat pada Aine tidak lagi demikian. Mereka jatuh cinta. Brianna mengetahui hal ini. Masih terbakar dengan rasa dendam dan amarah kematian ibunya serta mengetahui bahwa ayahnya sedang bepergian keluar desa, ia berniat untuk membunuh Gaius.

Caitriona adalah warga desa tempat keluarga Flaherty tinggal. Ia suka berdandan dan selalu berkata bahwa ia wanita paling cantik di seluruh Albion. Banyak orang mengatakan bahwa Caitriona sinting, namun tak ada yang mengetahui bahwa sejak lama ia iri dengan hasil bumi dari pertanian di tanah milik keluarga Flaherty.

Terbakar rasa amarah, Brianna menumpahkan perasaan dan niatnya untuk membunuh Gaius. Waktu itu ia berada di salah satu sudut desanya dan tak menyadari bahwa Caitriona bersembunyi diantara semak-semak belukar. Mengetahui Caitriona ada disana dan mendengarkan niatnya membunuh, Brianna hendak membunuh Caitriona. Sekuat tenaga Caitriona membujuk Brianna untuk tidak membunuhnya termasuk dengan memberikan beberapa gagasan bagaimana Brianna dapat membunuh Gaius tanpa meninggalkan jejak. Brianna tertarik dengan satu gagasan dan tidak menyadari bahwa gagasan tersebut akan digunakan Caitriona untuk mendapatkan seluruh tanah milik keluarga Flaherty.

Tibalah saatnya untuk rencana pembunuhan tersebut. Caitriona mengajak Aine ke sebuah tempat sementara Brianna mendatangi Gaius untuk membunuhnya. Brianna datang dengan sebuah pedang lain untuk dipakai Gaius bertarung melawannya. Lagi-lagi pertarungan yang tidak berimbang. Sekalipun luka di tubuh Gaius sudah lebih baik, namun ketika ia harus bertarung melawan Brianna, ia tetap tidak akan bisa mengimbangi kekuatan Brianna. Gaius kalah, dan Brianna seketika itu juga menghujamkan pedangnya ke dada Gaius.

Tepat pada saat itu, Caitriona, yang seharusnya menahan Aine berada di tempat lain, datang bersama Aine. Mengetahui orang yang dicintainya mati tertusuk pedang, Aine mendekat sambil berurai air mata lalu menggunakan pedang yang tadi digunakan Gaius bertarung melawan kakaknya untuk menggores lehernya. Aine mati disamping Gaius. Brianna terkejut, ia tidak menyangka bahwa Aine, adiknya, akan melakukan hal itu. Ia berusaha membangunkan Aine dan tidak menyadari bahwa Caitriona diam-diam mengambil pedang milik Brianna yang terpelanting lalu menusuk punggung Brianna berulang-ulang. Brianna mati di tangan Caitriona.

Puas dengan rencana cerdiknya yang berhasil tanpa cela, Caitriona tertawa keras. Cukup keras sampai terdengar oleh Angus yang mendekat dari kejauhan, ia baru saja pulang dari bepergian selama tiga hari dan mendapati kedua anaknya dan tentara Romawi yang ditolongnya tergeletak tak bernyawa. Caitriona berteriak histeris penuh kemenangan dan berulang kali berkata bahwa ia menang. Sedikit lagi, dan ia akan dapat sepenuhnya menguasai tanah milik keluarga Flaherty. Tanpa rasa kasihan bahkan sebaliknya dipenuhi dengan rasa iri dan dendam, Caitriona menusuk Angus sampai mati.

Caitriona lebih dari puas sekarang. Tidak ada lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkan tanah milik keluarga Flaherty yang subur makmur. Tak henti-hentinya ia tertawa keras, sampai terdengar suara keras lain mendekat. Pasukan Romawi kembali menyerbu Albion termasuk desa kecil dimana Caitriona tinggal. Ia ketakutan setengah mati, dan hanya berdiri sambil terus berteriak ketika tentara-tentara itu datang. Tentara-tentara itu tidak lagi menggunakan pedang yang mereka bawa untuk menahlukkan desa kecil itu, tapi mereka memperkosa Caitriona secara bergiliran.

***

Drama The Fall of Man di mainkan dengan baik oleh gabungan dosen dan mahasiswa Fakultas Sastra Inggris Universitas Bina Nusantara pada hari Senin, 6 Juli lalu di Kampus Anggrek. Naskah yang di buat oleh Venantius Vladimir Ivan dan Mikaela Yani Susanti ini dipentaskan dalam durasi waktu kurang dari dua jam dan mendapatkan sambutan yang cukup baik dari mahasiswa Sastra Inggris Universitas Bina Nusantara. Meski sempat mengalami halangan pengunduran diri tokoh sentral naskah drama yang sedianya akan di tampilkan, namun toh sisa waktu yang ada cukup untuk mengganti naskah baru dan berlatih dengan itu.

Kefasihan tokoh-tokoh sentral seperti Angus, Brianna dan Caitriona berdialog dalam bahasa Inggris membuat drama ini mudah dan asyik diikuti. Durasi waktu yang pas serta naskah yang tidak bertele-tele membuat drama berbahasa Inggris yang pertama kali dipentaskan oleh Fakultas Sastra Inggris ini sebuah awal yang baik untuk drama-drama lain diwaktu yang akan datang. Selamat dan semangat!

1 comment:

Yani Susanti said...

oh, wow! miss domi! thanks a lot for the generous review :) i just realized u have a blog as well, cool! :)