Sebagai pencinta anjing, saya sedih membaca berita mengenai meningkatnya anjing rabies di beberapa pulau di Indonesia terutama Bali. Apalagi Bali adalah asal ras anjing asli Indonesia yaitu Kintamani. Lebih dari tiga bulan ini, beberapa edisi koran harian nasional dihiasi dengan berita-berita anjing rabies yang semakin bertambah.
Dikenal sebagai penyakit yang hampir selalu mematikan, rabies atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus Lyssa dari famili Rhabdo Viridae yang bersifat zoonosis (penyakit pada hewan yang dapat menular pada manusia). Sekalipun disebut juga penyakit anjing gila, beberapa hewan lain seperti kucing, kera, kelelawar, racoon dan sapi dapat pula menjadi hewan pembawa rabies (HPR). Dalam sebuah situs dunia veteriner disebutkan bahwa masa inkubasi rabies tergantung pada daerah yang tergigit oleh hewan positif rabies. Semakin dekat ke arah kepala, semakin pendek masa inkubasi rabies. Mengapa demikian? Ini dikarenakan rabies menyerang saraf tulang belakang dan otak. Pada umumnya, masa inkubasi dan gejala klinis rabies berlangsung selama 21-80 hari setelah digigit pada hewan lainnya. Sedangkan pada manusia, masa inkubasinya dapat berlangsung kurang atau lebih dari 6 tahun.
Gejala klinis rabies terdiri dari tiga fase yakni prodromal, eksitasi dan paralisis.
Pada fase pertama hewan tergigit akan menjadi soliter dan paranoid, ekor akan masuk diantara dua kaki belakangnya dan selalu mencari tempat yang gelap karena fotophobia. Hewan akan mengalami kesakitan ketika menelan (terutama) air atau hydrophobia. Mereka juga tidak akan merespon ketika dipanggil oleh pemiliknya.
Majalah Flona menuliskan bahwa pada masa eksitasi hewan akan menjadi agresif. Tanpa penyebab yang jelas, hewan dapat secara tiba-tiba mengigit barang, hewan atau manusia yang berada di sekitarnya meski tidak akan mereka telan. Lalu pada masa paralisis, hewan akan mengalami hipersalivasi (mengeluarkan ludah secara berlebihan). Hewan tidak dapat menelan karena mengalami kelumpuhan pada otot pipi dan tenggorokan. Rahang bawahnya menggantung dan tidak bisa digerakkan, hewan akan menjadi lemas dan memiliki kemungkinan kecil untuk menggigit. Pada fase ini, kita harus berhati-hati memegang hewan terinfeksi karena ludah yang diproduksi secara berlebihan berpotensi luas menyebarkan virus rabies.
Penanganan pertama pada hewan maupun manusia yang tergigit hewan positif rabies adalah dengan mencucinya pada air mengalir selama 10-15 menit supaya protein dalam virus tersebut terbawa air. Setelah itu dapat diberi alkohol berkadar 70%, betadine atau dibawa ke rumah sakit untuk diberi penanganan lanjut oleh tenaga kesehatan.
Satu fakta yang menyedihkan adalah rabies tidak dapat diobati. Pencegahan terinfeksi dengan secara teratur memvaksin hewan kesayangan kita adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan. Sedangkan pada manusia, Vaksin Anti Rabies (VAR) bisa di dapatkan di rumah sakit sebagai pencegahannya.
Keluarga saya selalu memelihara satu atau lebih anjing sejak saya masih kecil. Anjing kami tidak ada yang di rantai, semua bebas berkeliaran bersama anjing-anjing lain di kampung. Meski kami tidak secara khusus memeriksakan kesehatan mereka, namun belum pernah satupun anjing kami terinfeksi rabies. Saya ingat betul masa-masa ketika petugas kesehatan pemerintah setiap enam bulan sekali berkeliling dari kampung ke kampung membawa suntikan anti rabies untuk semua anjing di kampung. Sembari menyuntik, petugas itu akan mendata jumlah dan posisi anjing di setiap kampung. Saya kira itu adalah cara yang efektif menanggulangi rabies pada anjing karena terbukti waktu itu tidak pernah terdengar kasus anjing rabies di daerah kami.
Saya yakin pemerintah daerah provinsi Bali juga melakukan sistem yang sama mengenai suntikan rabies ini. Mungkin yang perlu di lihat ulang adalah apakah pelaksanaannya berjalan dengan baik atau tidak, terutama mengingat populasi anjing di pulau Bali cukup banyak dan banyak diantaranya tidak bertuan. Mungkin saja pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik karena masalah dana karena hal ini terjadi di provinsi Bengkulu seperti di tulis dalam sebuah situs dunia veteriner.
Anjing terbukti membantu manusia dalam banyak hal bahkan dalam usaha penyembuhan penyakit kanker, karena itu mari kita bantu kelestarian mereka dengan secara teratur memvaksin mereka anti rabies.
No comments:
Post a Comment